Sejarah Taksonomi Bloom
Taksonomi
Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu tassein yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam sistem pendidikan di India.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan telah lama dikembangkan, dan tokoh yang begitu terkenal dengan
konsep taksonominya adalah Benjamin, S. Bloom. Sehingga taksonomi pendidikan
yang cetuskannya diabadikan dengan sebutan nama penemunya yaitu Taksonomi
Bloom.
Secara
teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga
domain, yaitu:
- Cognitive
Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
- Affective
Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
- Psychomotor
Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan
motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah
laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku
dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang
ada pada tingkatan pertama.
1 . Ranah Kognitif
Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berikut adalah kenam jenjang
ranah kognitif :
- getahuan
(Knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharaPenpkan kemampuan untuk
menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan di sebut sebagai proses berfikir
yang paling rendah.
- Pemahaman (Comprehension) Adalah kemampuan untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
- Aplikasi
(Application) Adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi
yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan
aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang
lebih tinggi daripada pemahaman.
- Analisis
(Analysis) Adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu
bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan
faktor-faktor lainnya.
- Sintesis
(Synthesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi
suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
- Evaluasi
(Evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam
ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan
kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu
pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2 . Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya
bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
- Penerimaan
(Receiving/Attending) Penerimaan atau Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah:
kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi
gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau
attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk
memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta
didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di
ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu
atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu.
- Tanggapan
(Responding) Tanggapan atau Responding
mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi
adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan
dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving.
- Penghargaan
(Valuing) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek. Dalam kaitan
dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran
yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah
baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses
penilaian.
- Pengorganisasian
(Organization) Mengatur atau mengorganisasikan artinya
mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang
universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem
organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain.,
pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya
- Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Ini lebih mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Tujuan dalam
kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi
jiwa. Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai
itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi
emosinya. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang
mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentu
karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menjadi lebih konsisten,
menetap dan lebih mudah diperkirakan.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa
keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu
tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan
keterampilan sosial. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, namun
dibuat oleh ahli lain tetapi tetap berdasarkan pada domain yang dibuat
Bloom. Ranah psikomotorik ini
dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik tersebut adalah:
- Persepsi
(Perception) Penggunaan alat indera
untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. Persepsi ini mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang
menunjukkan kesadaran akan hadirnya ransangan (stimulasi) dan perbedaan antara
seluruh rangsangan yang ada.
- Kesiapan
(Set) Kesiapan fisik, mental, dan
emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup
kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu
gerakan atau rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk
kesiapan jasmani dan rohani.
- Guided
Response (Respon Terpimpin) Tahap
awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya
imitasi dan gerakan coba-coba.
- Mekanisme
(Mechanism) Membiasakan
gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan
dan cakap. Ini
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangakaian gerakan dengan lancer
karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
- Respon
Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya
terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini
dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan
menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan
gerak-gerik yang teratur.
- Penyesuaian
(Adaptation) Keterampilan yang sudah
berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan poila gerak-gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampilan yang
telah mencapai kemahiran.
- Penciptaan
(Origination) Membuat pola gerakan baru
yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan
atau kreativitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola
gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif
sendiri.
Selain Sympson,
Dave juga mengemukakan pendapat terkait domain psikomotor, Khusus keterampilan
motorik Dave (1967), membaginya dalam lima jenjang, yaitu: peniruan,
penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi. Klasifikasi ranah psikomotor dijabarkan sebagai berikut
:
- Peniruan
(Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain.
Kinerja mungkin kualitas rendah.
- Penggunaan
(Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan
mengikuti instruksi dan berlatih.
- Ketepatan
(Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju
perubahan yang ke arah yang lebih baik.
- Perangkaian
(Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai
keselarasan dan konsistensi internal.
- Naturalisasi (Naturalitation): Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu berpikir banyak tentang hal itu.
Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6
(Utari, 2016). Perubahan- perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6
(Utari, 2016). Perubahan- perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Remember (Mengingat)
Mengingat adalah
kemampuan memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka
panjang. Kategori Remember terdiri dari proses kognitif Recognizing (mengenal
kembali) dan Recalling (mengingat). Untuk menilai Remember,
siswa diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing (mengenal
kembali) dan Recalling (mengingat).
a. Recognizing (mengenal
kembali).
Recognizing adalah
memperoleh kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kemudian
membandingkannya dengan informasi yang tersaji. Dalam Recognizing,
siswa mencari potongan informasi dalam memori jangka panjang yang identik atau
hampir sama dengan informasi yang baru disampaikan. Ketika menemui informasi
baru, siswa menentukan mana informasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang
sebelumnya diperoleh kemudian mencari yang cocok.
b. Recalling (mengingat)
Recalling adalah
memperoleh kembali pengetahuan yang sesuai dari memori jangka panjang ketika
merespon suatu masalah atau diberikan suatu perintah. Perintah dapat berupa
sebuah pertanyaan. Dalam Recalling, siswa mencari sebagian
informasi dalam memori jangka panjang, kemudian membawanya untuk mengerjakan
memori dimana informasi ini dapat diproses.
2. Understand (Memahami)
Memahami adalah
kemampuan merumuskan makna dari pesan pembelajaran dan mampu
mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa mengerti
ketika mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang baru diperoleh
dengan pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand terdiri
dari proses kognitif Interpreting (menginterpretasikan),
Exemplifying (memberi contoh), Classifying (mengklasifikasikan),
Summarizing(menyimpulkan), Inferring (menduga),
Comparing (membandingkan), danExplaining (menjelaskan)
a. Interpreting (menginterpretasikan)
Interpreting adalah
kemampuan siswa untuk mengubah informasi yang disajikan dari satu bentuk ke
bentuk yang lain. Interpreting dapat berupa mengubah kalimat
ke kalimat, gambar ke kalimat, angka ke kalimat, kalimat ke angka, dan lain
sebagainya.
b. Exemplifying
(memberi contoh)
Exemplifying adalah
kemampuan siswa untuk memberikan contoh yang spesifik atau contoh mengenai
konsep secara umum. Exemplifying dapat pula berarti
mengidentifikasi pengertian dari bagian-bagian pada konsep umum.
c. Classifying (mengklasifikasikan)
Classifying adalah
ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu merupakan bagian dari suatu
kategori. Classifying dapat diartikan pula sebagai
mendeteksi ciri atau pola yang menunjukkan bahwa ciri atau pola tersebut sesuai
dengan kategori tertentu atau konsep tertentu. Jika Exemplifying dimulai
dari konsep umum dan meminta siswa untuk mencari contoh khususnya, makaClassifying dimulai
dari contoh khusus dan meminta siswa untuk mencari konsep umumnya.
d. Summarizing (menyimpulkan)
Siswa dikatakan memiliki
kemampuan Summarizing ketika siswa dapat memberikan pernyataan
tunggal yang menyatakan informasi yang disampaikan atau topik secara umum.
e. Inferring (menduga)
Inferring berarti
dapat mencari pola dari beberapa contoh kasus. Siswa dikatakan memiliki
kemampuan Inferring jika siswa dapat membayangkan konsep atau
prinsip yang merupakan bagian dari contoh dengan cara mengkode karakteristik
yang sesuai dari masing-masing contoh dan lebih penting lagi dengan tidak ada
hubungan antara contoh-contoh tersebut.
f. Comparing (membandingkan)
Comparing adalah
kemampuan menunjukkan persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih
objek. Comparing dapat juga diartikan sebagai mencari
korespondensi satu-satu antara objek yang satu dengan objek yang lain.
g. Explaining (menjelaskan)
Explaining adalah
kemampuan merumuskan dan menggunakan modelsebab akibat sebuah sistem.
Siswa yang memiliki kemampuan menjelaskan dapat menggunakan hubungan sebab
akibat antar bagian dalam suatu sistem.
3. Apply (Menerapkan)
Menerapkan adalah
kemampuan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan
latihan soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan soal. Kategori menerapkan (Apply) terdiri
dari proses kognitif kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan
menerapkan (Implementing).
a. Executing (melakukan)
Dalam Executing,
jika siswa menemui soal yang sudah dikenal, siswa akan mengetahui prosedur yang
akan digunakan. Keadaan yang sudah dikenal ini sering memberikan petunjuk kepada
siswa mengenai cara apa yang akan digunakan. Executing lebih
cenderung kepada kemampuan menyelesaikan masalah secara skill dan algoritma
daripada kemampuan teknik dan metode. Skill dan algoritma memiliki ciri sebagai
berikut: 1) langkah pengerjaan soal lebih berurutan 2) jika setiap langkah
dikerjakan dengan benar, maka hasil yang akan diperoleh juga pasti benar.
b. Implementing (menerapkan)
Dalam Implementing,
siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum
dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah tersebut sehingga
siswa dapat menemukan prosedur yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Implementingberhubungan dengan dua kategori yang lain
yaitu Understand dan Create. Karena siswa belum
mengenal soal yang dihadapi sehingga siswa belum mengetahui prosedur apa yang
akan digunakan. Karena itu, kemungkinan prosedur yang akan digunakan bukan
hanya satu, mungkin membutuhkan beberapa prosedur yang dimodifikasi. Implementing berhubungan
dengan teknik dan metode daripada skill dan algoritma. Teknik dan metode
memiliki dua ciri: 1) prosedur mungkin lebih cenderung berupa flowchart daripada
langkah yang berurutan, karena itu prosedur memiliki beberapa titik tujuan, 2)
jawaban mungkin tidak tunggal. Jawaban yang tepat mungkin terjadi jika setiap
langkah dilakukan dengan benar.
4. Analyze (Menganalisis)
Menganalisis meliputi
kemampuan untuk memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan
bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang lain atau bagian
tersebut dengan keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan merinci
sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian
tersebut. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih
kecil untuk mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali serta membedakan
faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri
kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi (Organizing)
dan memberi simbol (Attributing)
a. Differentiating (membedakan)
Membedakan meliputi
kemampuan membedakan bagian-bagian dari keseluruhan struktur dalam bentuk yang
sesuai.
b. Organizing (mengorganisasi)
Mengorganisasi meliputi
kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur secara bersama-sama menjadi struktur
yang saling terkait.
c. Attributing (Memberi
simbol)
Attributing adalah
kemampuan siswa untuk menyebutkan tentang sudut pandang, bias, nilai atau maksud
dari suatu masalah yang diajukan. Attributingmembutuhkan
pengetahuan dasar yang lebih agar dapat menerka maksud dari inti permasalahan
yang diajukan.
5. Evaluate (Menilai)
Menilai didefinisikan
sebagai kemampuan melakukan judgement berdasar pada kriteria
dan standar tertentu. Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas,
efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam
menentukan kuantitas maupun kualitas.
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) danCritiquing (mengkritik).
Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari Checking (mengecek) danCritiquing (mengkritik).
a. Checking (mengecek)
Cheking adalah
kemampuan untuk mengetes konsistensi internal atau kesalahan pada operasi atau
hasil. mendeteksi keefektifan prosedur yang digunakan.
b. Critiquing (mengkritik)
Critique adalah
kemampuan memutuskan hasil atau operasi berdasarkan criteria dan
standar tertentu. mendeteksi apakah hasil yang diperoleh berdasarkan suatu
prosedur menyelesaikan suatu masalah mendekati jawaban yang benar
6. Create (Berkreasi)
Create didefinisikan
sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari
sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan
beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam
satu bentuk yang koheren atau fungsional. Siswa dikatakan mampu Create jika
dapat membuat produk baru dengan merombak beberapa elemen atau bagian ke dalam
bentuk atau stuktur yang belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya.
Proses Create umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar
siswa yang sebelumnya.
Proses Create dapat
dipecah mnjadi tiga fase yaitu: masalah diberikan, dimana siswa mencoba untuk
memahami soal, dan mengeluarkan solusi yang mungkin; perencanaaan penyelesaian,
di mana siswa memeriksa kemungkinan dan memikirkan rancangan yang dilaksanakan;
dan pelaksanaan penyelesian, di mana siswa berhasil melaksanakan rencana.
Karena itu, proses kreatif dapat diartikan sebagai awalan yang memiliki fase
yang berbeda di mana akan muncul kemungkinan penyelesaian yang bermacam-macam
sebagaimana yang dilakukan siswa yang mencoba untuk memahami soal (Generating).
Langkah ini dilanjutkan dengan langkah yang mengerucut, dimana siswa memikirkan
metode penyelesaian dan menggunakannya dalam rancangan kegiatan (Planning).
Terakhir, rencana dilaksanakan dengan cara siswa menyusun penyelesaian (Producing).
Sedangkan dimensi
pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowledge),
pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan dasar yang harus diketahui siswa
sehingga siswa mampu memahami suatu masalah atau memecahkan masalah
tersebut. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan-pengetahuan dasar
yang saling berhubungan dan dengan struktur yang lebih besarÂ
sehingga dapat digunakan secara bersama-sama. Pengetahuan prosedural
adalah pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu ; metode
untuk mencari sesuatu , suatu pengetahuan yang mengutamakan kemampuan,
algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan metakognisi adalah pengetahuan yang
melibatkan pengetahuan kognitif secara umum. (Anderson dan Krathwohl,
2001:45-56). Pada penelitian ini hanya akan dibahas Revised Bloom’s
Taxonomy dari salah satu dimensi saja yaitu dimensi proses kognitif (the
cognitive process dimension).
Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
Samsudin, Ahcmad. 2011. Aspek - Aspek Penilaian (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor). Surabaya: Pustaka Alhikmah.
Widyaiswara, Retno. 2004. Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Jakarta: Bumi Aksara.
http://ratnasari15.blogspot.co.id/2015/06/taksonomi-bloom.html
http://www.rijal09.com/2016/12/taksonomi-bloom-lama-dan-hasil-revisi.html
http://uzlifatulmathematics.blogspot.co.id/2012/05/taksononi-bloom-lama-dan-revisi.html
Rukmini, Elisabeth. 2008. Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Diambil Dari: journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/viewFile/7132/6155
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom
Samsudin, Ahcmad. 2011. Aspek - Aspek Penilaian (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor). Surabaya: Pustaka Alhikmah.
Widyaiswara, Retno. 2004. Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Jakarta: Bumi Aksara.
http://ratnasari15.blogspot.co.id/2015/06/taksonomi-bloom.html
http://www.rijal09.com/2016/12/taksonomi-bloom-lama-dan-hasil-revisi.html
http://uzlifatulmathematics.blogspot.co.id/2012/05/taksononi-bloom-lama-dan-revisi.html
Gunawan, Imam. 2016. Taksonomi Bloom - Revisi Ranah Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian. Diambil dari:http://e-journal.ikippgrimadiun.ac.id/index.php/PE/article/download/50/47
Rukmini, Elisabeth. 2008. Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom. Diambil Dari: journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/viewFile/7132/6155