Denmark
Denmark adalah negara kaya dengan penduduk hanya 5,5 juta yang
menggratiskan semua level pendidikannya, tidak hanya bagi warga
negaranya, bahkan untuk warga Uni Eropa lain. Siapapun dipersilahkan
sekolah sampai tingkat setinggi-tingginya. Itu adalah salah satu
penyebab kenapa hampir semua penduduk Denmark melanjutkan ke perguruan
tinggi. Namun bagi warga negara yang merasa tidak memiliki kemampuan
akademis dan memilih untuk masuk ke pendidikan vokasi, disediakan jalur
vokasi mulai dari tingkat sekolah menengah (secondary level) dengan sebutan business atau engineering high school. Sistem pendidikan juga dibuat semudah mungkin agar seluruh warga bisa dengan mudah mengaksesnya.
Denmark memberlakukan ujian akhir standar nasional bagi seluruh calon
lulusan sekolah menengah atas. Ujian dilakukan serentak di seluruh
negeri, penyelenggaraan dilakukan di sekolah masing-masing. Tidak
seheboh di Indonesia, namun prinsipnya sama. Tidak ada entrance exam
(seleksi masuk) ke perguruan tinggi, namun nilai hasil ujian akhir SMA
yang langsung dipakai sebagai dasar untuk diterima masuk ke perguruan
tinggi.
Denmark adalah negeri yang mengandalkan pada knowledge economy, mereka sadar sepenuhnya bahwa hanya warga yang punya pendidikan baiklah yang akan membuat mereka survive dan
menang dalam persaingan global. Ketika ditanya apakah kemudahan seperti
itu tidak membuat mereka terlena dan menjadi malas, tidak ada
persaingan karena semua sudah tertata dan terjamin. Dengan yakin sang
mahasiswa Denmark menjawab bahwa dia tidak melihat hal itu terjadi.
Sambil bergurau dia mengatakan bahwa warga negeri dingin seperti Denmark
tidak bisa bermalas-malasan karena pasti akan beku kedinginan.
Lithuania
Negeri pecahan Uni Soviet ini memiliki kondisi yang unik, banyak
miripnya dengan Indonesia kecuali dari sisi populasi penduduk yang
hanya 3
juta orang. Lithuania masih tertinggal jauh dari negara-negara Eropa
bagian barat yang jauh lebih maju dalam berbagai aspek. Namun karena
posisinya yang saat ini adalah bagian dari EU (Uni Eropa), maka ada
banyak hal positif yang didapat dan memicu pertumbuhan lebih cepat dalam
segala bidang.
Pendidikan tidak gratis di negeri ini, namun masih tergolong murah dan
terjangkau karena banyak dukungan pemerintah. Namun tidak seperti
Denmark, warga harus berjuang keras agar bisa mencapai pendidikan lebih
tinggi dan agar bisa mendapat beasiswa. Hanya warga yang berprestasilah
yang akan mendapat kemudahan untuk menempuh pendidikan lebih tinggi.
Namun secara umum sebagian besar warga negeri ini masuk ke perguruan
tinggi (80% lulusan SMA masuk perguruan tinggi). Ini disebabkan karena
kecenderungan pasar kerja yang lebih memprioritaskan untuk menerima
lulusan perguruan tinggi. Pendidikan juga adalah simbol status sosial
bagi warganya. Anak-anak yang sekolah tinggi dan mendapat beasiswa
adalah faktor penting kebanggaan orang tua. Fenomena ini mendorong orang
tua untuk memacu anak-anaknya agar bisa berprestasi tinggi di sekolah.
Banyak kemiripan dengan Indonesia.
Yang unik adalah cerita tentang ujian akhir nasional SMA yang diterapkan
di Lithuania. Ujian ini dilaksanakan secara sangat heboh dan penuh
ketegangan. Distribusi soal dijaga penuh oleh polisi. Proses ujian
diatur rumit dimana setiap siswa tidak boleh
melaksanakan ujian di sekolahnya sendiri, jadi harus disilang ke
sekolah lain sehingga pengawas bukan gurunya sendiri. Pemeriksaan soal
juga dijaga ketat agar tidak timbul kecurangan. Wow!
Ujian akhir berstandar nasional bagi siswa SMA memiliki 5 materi atau
bidang. Siswa tidak harus menjalani semuanya, namun cukup bidang-bidang
(atau 1 bidang) yang sesuai dengan tujuannya di perguruan tinggi nanti.
Jadi ujian akhir SMA ini juga berlaku sebagai dasar penerimaan di
perguruan tinggi. Tidak ada sekolah menegah kejuruan disana, semua
adalah sekolah umum. Penjurusan dilakukan di perguruan tinggi, demikian
juga jurusan vokasional.
Amerika Serikat
Cerita tentang sistem pendidikan di negeri Paman Sam mungkin sudah
banyak kita dengar. Sekolah di USA semua gratis hingga SMA, kemudian juga
gratis untuk masuk perguruan tinggi, hingga ke level tertinggi
sekalipun. Namun untuk perguruan tinggi sebagian mahasiswa bisa "gratis"
karena adanya sistem student loan (pinjaman pendidikan untuk
mahasiswa). Sistem ini sudah diterapkan sejak lama dan sudah mapan dalam
implementasinya. Pinjaman ini sangat mudah untuk didapat dan bisa
meliputi seluruh aspek biaya sekolah. Namun nanti harus dibayar secara
mencicil setelah peminjam bekerja. Sedangkan biaya pendidikan di sekolah
dasar hingga menengah atas gratis ditanggung oleh pemerintah.
Amerika Serikat tidak memiliki sekolah menengah atas khusus kejuruan.
Pada level pendidikan ini semua adalah sekolah umum seperti SMA.
Pendidikan vokasional baru tersedia secara khusus di perguruan tinggi
atau pasca sekolah menengah atas seperti Community College yang berdurasi 1-2 tahun. Lulusan Community College dapat melakukan transfer dan melanjutkan ke bachelor degree di universitas dengan jurusan yang relevan.
Salah satu hal menarik adalah betapa semakin sedikitnya warga asli Amerika Serikat yang
senang dan memilih masuk jurusan engineering atau teknik. Bahkan sebuah sumber data menyatakan bahwa jumlah total enrollment di jurusan engineering di
USA hanya 7% dari total seluruh mahasiswa di perguruan tinggi
(bandingkan dengan 70% di negara Jepang). Hal ini memaksa pemerintah
"mengundang" dengan memberi berbagai kemudahan bagi warga asing yang
punya talenta tinggi dalam bidang matematika dan sains untuk bersekolah
di perguruan tinggi Amerika Serikat. Suatu fenomena yang menyedihkan
untuk negara semaju USA.
Pendidikan Amerika Serikat sangat liberal, baik dari sisi biaya
pendidikan hingga sistem dan pola pembelajaran. Pendidikan menyediakan
jalan mulus dan cerah bagi para siswa dan mahasiswa yang bekerja keras
dan memiliki prestasi tinggi, namun tidak bagi yang malas dan rendah
prestasinya. Sukses dalam pendidikan di Amerika memerlukan perjuangan
keras dan konsistensi tinggi. Tidak semua warga bisa sukses dan mendapat
pekerjaan yang sesuai dan membawa kesejahteraan.
Sumber :
http://www.berkuliah.com/2014/07/kuliah-di-denmark-negeri-indah-di-eropa.html
http://www.college-hq.com/id/obrazovanie-v-uchebnykh-zavedeniyakh-lit/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)